Pelaksanaan seminar Batas pengiriman makalah lengkap 13 dan 14 Nov 2013 16 Des 2013 Pengiriman proceedings Seminar Nasional 15 Feb 2014 Pendidikan Matematika Tahun 2013 34 Mar 2014 15 Mar 2014 TW TK O Y 1. Makalah relevan dengan tema dan belum pernah dipublikasikan. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu makalah.
Paper ini membahas tentang nilai-nilai yang terkandung dalam matematika dan integrasi nilai-nilai dalam pembelajaran matematika. Nilai-nilai dalam matematika meliputi: nilai kebaikan, kesopanan, perilaku, integritas, ketaatan, logis, rasional, kontrol, keterbukaan, kejelasan, fleksibilitas, konsistensi, berpikir terbuka, kegigihan, ketelitian, bekerja efisien, bekerja sistematis, pengaturan efektif, kreativitas, pantang menyerah, dan konjektur. Nilainilai dalam pembelajaran matematika dapat diintegrasikan dalam pembelajaran matematika secara implisit maupun eksplisit. Integrasi secara eksplisit didesain dengan sengaja, kontinu, dan sistematis. Matematika mengandung nilai-nilai dan efektif ditanamkan ke siswa melalui pembelajaran matematika.
Kata Kunci: logis, nilai-nilai dalam matematika, integrasi nilai. How should mathematics teaching in modern societies relate to cultural values?
Some preliminary questions. Southwell, & J.
Izard (Eds.), Proceedings of the seventh South East Asian Conference on Mathematics Education (SEACME), (pp. Hanoi: Vietnamese Mathematical Society.
Sa wqeq Bishop, A. J., Clark, B., Corrigan, D., & Gunstone, D. Values in mathematics and science education: Researchers’ and teachers’ views on the similarities and differences. International Journal of Mathematics Education, 26 (1), 7-11. J., FitzSimons, G., Seah, W.T., & Clarkson, P. Values in Mathematics Education: Making Values Teaching Explicit in the Mathematics Classroom. Paper presented at the combined Annual Meeting of the Australian Association for Research in Education and the New Zealand Association for Research in Education (Melbourne, Australia, 29 November-2December, 1999).
Bishop, A., Clarkson, P., FitzSimons, G., & Seah, W.T. Why Study Values in Mathematics Teaching: Contextualising the VAMP Project. Www.education.monash.edu.au/projects/vamp/ Bishop, A. T., & Chin, C. Values in mathematics teaching: The hidden persuaders? Kilpatrick & F.
Leong (Eds.), International handbook of mathematics education (2nd ed., pp. Dordrecht, Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Chin, C., Leu, Y.
C., & Lin, F. Pedagogical values, mathematics teaching, and teacher education: Case studies of two experienced teachers. Cooney (Eds.), Making sense of mathematics teacher education, (pp.247-269). Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
TMME, l5 (1), 57. Mathematics teaher's pedagogical value clarification and its relationship to classroom teaching. Proceeding Mational Science Council, 11 (3), 114-125. C., Bishop, A., FitzSimons, G., & Seah, W.
Challenges and constraints in researching values. Bana & A.Chapman (Eds.), Mathematics education beyond 2000 (pp.
Perth: Mathematics Education Research Group of Australasia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23, Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. The Director‟s link: Retrieved from FitzSimons, G.
T., Bishop, A. J., & Clarkson, P.
Conceptions of values and mathematics education held by Australian Primary teachers: Preliminary findings from VAMP. Paper presented at History and Philosophy of Mathematics conference, Taipei, Taiwan.
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Pengembangan dan Penelitin Kurikulum, Pusat Kurikulum. The Value of Teaching Mathematics. UK: Mathigon, National STEM Centre.
Online Tersedia: of mathematics.pdf Diakses 05 April 2018. Research on affect in mathematics education: A reconceptualization.
Grouws (Eds.), Handbook of research on mathematics learning and teaching (pp. New York: McMillan. Teachers‟ Role in Quality Enhancement and Value education. Academe Journal, 14(1), 19-26 Raths, Louis, M. Harmin, & S.B. Simon (1966), Values and Teaching (Columbus, OH: Charles E. And Ernest, P.
![Makalah matematika tentang logaritma Makalah matematika tentang logaritma](/uploads/1/2/5/3/125383225/137503435.jpg)
Values in mathematics education: what is planned and what is espoused? In British Society for Research into Learning Mathematics (BSRLM), Proceedings of the Day Conference held at University of Nottingham, 1 March 1997. T., & Bishop, A. Values in mathematics textbooks: A view through the Australasian regions.
Paper presented at the Annual Meeting of the American Educational Research Association. New Orleans, LA. Siswono, T.Y.E. Membangun Karakter melalui Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan Nasional Swadener, M., & Soedjadi, R., 1988, Values, Mathematics Education, and The Task of Developing Pupil’s Personalities: an Indonesian Perspective, Educational Studies in Mathematics, 19, 193 – 208 Taplin, M. Integrating values education into the mathematics classroom.
Education Horizons, 6(5), 5-8.
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan hidup dan kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan.
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling a business” ( Oxford, 2005). Selanjutnya definisi manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986) mengartikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai organisasi yang telah ditetapkan. Terry (1986) –sebagaimana dikutip Malayu S.P Hasibuan (1996)- memandang manajemen sebagai suatu proses, sebagai berikut: “Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”. Sementara, Malayu S.P.
Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan. Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi.
Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan. Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004). Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda.
Dalam sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan. Tujuan pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang. Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
Pengorganisasian fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004). Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan.
Semua itu baru dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya.
Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia telah berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama tanpa paksaan. Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya. Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005) dalam bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga pendidikan, yaitu:. Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques and equipment necessary for the performance of specific tasks acquired from experiences, education and training.
Human skill-ability and judgment in working with and through people, including in understanding of motivation and an application of effective leadership. Conceptual skill-ability to understand the complexities of the overall organization and where one’s own operation fits into the organization. This knowledge permits one to act according to the objectives of the total organization rather than only on the basis of the goals and needs of one’s own immediate group.
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan ( ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah SWT. Dengan demikian, keberadaan manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi tersebut.
Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas organisasi.